Jumat, 11 November 2016

Dhammapada Atthakata

Syair 1

I. (1) Kisah Cakkhupala Thera


Suatu hari, Cakkhupala Thera berkunjung ke Vihara Jetavana untuk melakukan penghormatan kepada Sang Buddha. Malamnya, saat melakukan meditasi jalan kaki, sang Thera tanpa sengaja menginjak banyak serangga hingga mati. Keesokkan harinya, pagi-pagi sekali rombongan bhikkhu yang mendengar kedatangan sang Thera bermaksud mengunjunginya. Di tengah jalan, di dekat tempat sang Thera menginap, mereka melihat banyak serangga mati.

"Iih, mengapa banyak serangga yang mati disini?" seru seorang bhikkhu. "Aah...jangan jangan....", celutuk yang lain. " Jangan jangan apa?" sergah beberapa bhikkhu. "Jangan jangan ini perbuatan sang Thera!" jawabnya. "Kok bisa begitu?" tanya yang lain lagi. "Begini, sebelum sang thera berdiam di sini, tak ada kejadian seperti ini. Mungkin sang thera terganggu oleh serangga - serangga itu. Karena jengkelnya ia membunuhnya.

" Itu berarti ia melanggar vinaya, maka perlu kita laporkan kepada Sang Buddha!" seru beberapa bhikkhu. "Benar, mari kita laporkan kepada Sang Buddha, bahwa Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya" timpal sebagian besar dari bhikkhu tersebut.

Alih alih dari mengunjungi sang thera, para bhikkhu itu berubah haluan, berbondong-bondong menghadap Sang Buddha untuk melaporkan temuan mereka, bahwa 'Cakkhupala Thera telah melanggar Vinaya!'

Mendengar laporan para bhikkhu, Sang Buddha bertanya, "Para bhante, apakah kalian telah melihat sendiri pembunuhan itu?"

"Tidak bhante", jawab mereka serempak.

Sang Buddha kemudian menjawab, " kalian tidak melihatnya, demikian pula Cakkhupala Thera juga tidak melihat serangga-serangga itu, karena mata nya buta. Selain itu, Cakkhupala telah mencapai kesucian arahat. Ia telah tidak mempunyai kehendak untuk membunuh."

"Bagaimana seorang yang telah mencapai arahat tetapi matanya buta?" tanya beberapa bhikkhu.

Maka Sang Buddha menceritakan kisah di bawah.

Pada kehidupan lampau, Cakkhupala terlahir sebagai seorang tabib yang handal. Suatu ketika datang seorang wanita miskin. "Tuan tolong sembuhkan lah penyakit mata saya ini. Karena miskin, saya tidsk bisa membayar pertolongan tuan dengan uang. Tetapi, apabila sembuh, saya berjanji dengan anak anak saya akan menjadi tuan", pinta wanita itu. Permintaan itu disanggupi oleh sang tabib.

Perlahan penyakit mata yang parah itu mulai sembuh. Sebaliknya wanitu menjadi ketakutan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar